Jakarta, Kemendikbud
— Begitu menyenangkan jika kita bepergian ke seluruh penjuru wilayah
di Indonesia dengan melihat keindahan alam yang ada di dalamnya. Lebih
menyenangkan lagi jika tempat itu adalah tujuan wisata yang memang kita
mimpi-mimpikan. Namun saat bepergian tentulah kita butuh petunjuk arah
seperti peta untuk mempermudah mencapai tempat tujuan tersebut. Tidak
banyak yang tahu bahwa ada peta yang menjadi “tonggak sejarah” Kepulauan
Indonesia.
Indiae Orientalis Insularumque Adiacientium Typus
adalah nama dari peta “tonggak sejarah” Asia Tenggara termasuk
Kepulauan Indonesia. Peta ini ada sejak 70 tahun pertama abad ke-16 dan
merupakan perpaduan terbaik ilmu kartografi dan informasi pada masanya.
Peta ini dimuat dalam sebuah atlas geografi modern dengan judul Theatrum Orbis Terrarum
yang disusun oleh Abraham Ortelius pada tahun 1527 – 1598 dengan
deskripsi menggunakan bahasa latin. Pada tahun 1608 peta ini
dipublikasikan dalam bahasa Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol, Inggris
dan Itali.
Saat ini peta tersebut dikoleksi oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melalui Museum Nasional sebagai salah satu
koleksi Geografi Museum Nasional. Penggambaran yang terdapat dalam peta
ini sangat menarik karena ada perpaduan gambar-gambar dan penulisan teks
yang unik.
Peta yang menggambarkan Kepulauan Indonesia ini
adalah peta terakhir yang dibuat sebelum kedatangan bangsa Belanda ke
Indonesia. Terlihat penggambaran Kepulauan Indonesia yang belum sempurna
tetapi susunan atau tata letaknya sudah terlihat baik.
Dalam peta tersebut nama Pulau Jawa disebut Iava
Maior. Tampak juga pulau-pulau lain di bagian selatan seperti Ternate,
Tidore dan sekitarnya yang merupakan penghasil rempah-rempah. Pulau
Machian dan Pulau Bacam digambarkan tepat sebelah barat dari Pulau
Halmahera. Pulau Buru, Pulau Seram hingga bagian kepala burung Pulau
Papua pun tergambarkan dalam peta tersebut. (Agi Bahari / sumber: Museum Nasional)
diakses tanggal 6 desember 2014, jam 11:45WIB