Oleh: Samuel Rygar G. P, I Putu Putra P, Esy Rezyapril R.
Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi, seluruh siswa SMPN 1 Sedati menjalankan kegiatan rohani, termasuk kami umat non muslim di spensased. Syukur, dan terima kasih sekolah juga memperhatikan anak-anaknya yang beragama non muslim, pasalnya sekolah mengadakan Retreat & Dharma Yatra bagi kami umat non muslim.
Mengerti kah kamu istilah Retreat atau Dharma Yatra? Aku yang sudah berkali-kali mengikuti kegiatan Retreat/Dharma yatra tidak tahu definisi dari istilah itu. Walaupun memahami apa saja yang dilakukan dalam kegiatan Retreat.
Karena Retreat adalah kegiatan yang akan mengubah diri kita jauh berbeda menjadi lebih baik jika kita serius mengikutinya. Maka sebaiknya kita kuasai dulu prinsip-prinsip dasar yaitu akar, dan batang. Baru kemudian dedaunan atau detailnya. Kalau tidak, di mana dedaunan akan menempel? Maka dari itu, mari kita simak.
Sedikit informasi tentang Retreat & Dharma Yatra, Jadi Retreat menurut KBBI; retret/ret·ret/ /retrét/ khalwat mengundurkan diri dari dunia ramai untuk mencari ketenangan batin. Penjelasan singkatnya sebagai berikut; Retret memiliki beberapa makna yang berkaitan, yang pada umumnya berupa gagasan untuk sementara waktu menjauhkan diri sendiri dari lingkungan kesehariannya. Kegiatan retret dapat dilakukan untuk alasan yang berhubungan dengan kebutuhan spiritual, menghindari stres, menjaga kesehatan, bagian dari gaya hidup, ataupun hal-hal sosial atau ekologis lainnya.
Dharma artinya kebenaran, yatra artinya ‘di tempat mana’. Jadi, dharmayatra adalah “tempat yang berhubungan dengan kebenaran Dharma” yang perlu dikunjungi oleh umat Buddha. Karena tempat Dharma ini perlu dikunjungi, kata dharmayatra lebih sering diartikan dengan ‘berziarah ke tempat-tempat suci’.
Tentunya, kegiatan ini mewajibkan para peserta dibawah izin oleh orang tua nya masing-masing. Jadi tidak semua umat non-muslim di spendsased mengikuti. Ada juga siswa yang tidak diizinkan oleh orang tuanya, mungkin salah satunya kamu? Nurut sama orang tua ga ada buruknya, ya kan? Seperti yang tertulis dalam Alkitab, Allah berfirman: Efesus 6:1 berbunyi, “Anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena ini benar.” Jika kamu yang diizinkan. Bersyukurlah
Kegiatan Retreat sudah menjadi tradisi setiap tahunnya, di sekolah Adiwiyata ini. Namun sayangnya, pada tahun 2020 lalu program Retreat tercatat tidak ada, seperti yang kita tahu bahwa wabah Covid-19 yang pada waktu itu sedang puncak-puncaknya. Patut bersyukurlah kita, pada tahun ini kita dapat mengalami tradisi sakral dari sekolah kita ini.
Retreat & Dharma Yatra berlangsung selama 2 hari di Pacet, Malang. Teragendakan kegiatan rohani ini dilaksanakan pada tanggal 11 hingga 12 April 2022 di hari Senin, dan Selasa. Kami dianjurkan untuk ikut serta dalam kegiatan ini yang bertujuan untuk mendisiplinkan, mempererat tali persaudaraan, memulihkan rohani kami, dan lain sebagainya sesuai tujuan Retreat & Dharma yatra.
Ternyata, kita seiman
Ruang agama, bisa dibilang hari itu aksi paling awal dimulainya Retreat. Sabtu yang terik, ditambah seragam Pramuka yang menyandang ornamen hasduk. Membuat dunia terasa seperti neraka; panas, gerah, lelah, sumuk. Penyebab diantara kami banyak yang tidak elok mengindahkan seragam Pramuka.
Hari Sabtu itu, hari di mana aku pertama kali melihat ruang agama yang amat sangat penuh, ramai, sempit, rusuh. Oh Tuhan, andai hari itu bukanlah bulan puasa. Hamba akan memborong Es Pak Kholiq (Pak Kholiq; pedagang, penjual minuman dingin di depan sekolah)
Ruang agama itu ramai bukan dikarenakan berebut mendapatkan takjil, justru 3 tingkatan kelas, berebut mendapatkan surat edaran kegiatan Retreat yang di dalamnya terdapat lembar tugas.
Tidak semua yang dipanggil dapat masuk kedalam ruang agama, karena ruangannya yang tidak mencukupi. Jadi banyak juga yang tergeletak menunggu antrian di depan ruang agama. Di depan ruang agama, terdapat tempat duduk yang terbuat dari cor. Dimana kami yang tersingkir dari dalam, bisa duduk disitu.
Sembari menunggu, terlihat banyak juga mereka yang menonton ramainya suasana ruang agama lewat jendela. Ada juga yang duduk manis menggambar, pun ada juga yang memejamkan mata berusaha mengabaikan cobaan pada hari itu.
Setidaknya, kami satu sama lain mengobrol. Entah itu teman akrab, ataupun insan tak dikenal yang tidak sengaja duduk bersebelahan. Disitu kami berbincang seputar retreat, hingga salah satu topik bertunas.
Topik ngawur yang tercipta atas tersingkirkan dari ruang agama. Kami menikmati para bidadari yang dari luar ruang agama, ataupun yang dari luar kedalam. Di situ tersimpulkan sebuah paham, bahwa mereka (bidadari yang menarik hati) selama ini, iman kita selaras. Mulai dari adik-adik yang imut-imut kelas 7, hingga kakak kelas yang alami cantiknya.
Mereka yang sudah mendapatkan surat edaran, kembali ke kelas masing-masing. Kecuali mereka yang kebetulan jam pelajarannya agama. Pada waktu itu, kelas 4.7 kebetulan kedapatan jam pelajaran agama. Jadi mereka tidak perlu kembali ke kelas. Mereka pada saat itu, juga menyambi menata surat edaran yang masih belum siap diambil.
Akhir kisah, aksi awal pada hari itu. Membuat mereka (peserta retreat), semakin tidak sabar. Tidak sabar mengikuti retreat, dan kembali bertemu dengan pujaan hati mereka.
Walaupun hari itu bukanlah kegiatan retreat sebenarnya, namun tetaplah, kegiatan itu termasuk bagian dari retreat.
Mandi bola
Senin, 11 April 2022. Hari keberangkatan, dan hari pertama retreat ini dimulai. Tertulis dalam Kegiatan Retreat dan Dharma Yatra di edaran pemberitahuan. Pukul 07.00 sebagai persiapan keberangkatan, dan pukul 08.00 – 10.00 tertulis; peserta berangkat sampai ke Pacet.
Pagi yang cerah, halaman depan sekolah amat sangat sejuk di pagi hari. Padahal belum sampai Pacet, beberapa ada yang sudah menggigil kedinginan. Mungkin dikarenakan persiapan mandi subuh yang tidak kaprah dari rumah. Padahal belum sampai Pacet, terbayang se-tersiksa apa nanti ketika di Pacet.
Terlihat banyak sekali siswa-siswi peserta retreat berdandan rapi siap menempuh perjalanan retreat pada pagi itu. Beragam persiapan mereka, mulai dari bawaan segede gaban ditenteng compang-camping, rambut klimis berkat minyak rambut kesayangan hingga yang menarik bawaan dari kakak kelas, tingkat 9. Kami para adik-adiknya sempat penasaran dengan mainan aneh yang mereka bawa. Terlirik bola-bola yang biasa dibuat mandi bola, Paralon lubang-lubang, sampai yang keren alat musik gitar, dan kahon mereka bawa. Tak tertinggal adik kelas, tingkat 8 juga ada yang membawa gitar. Oh tidak sabar apa yang akan mereka lakukan dengan barang-barang itu.
Wah, terkagum-kagum para penganut bidadari retreat pada topik ‘Ternyata kita seiman’ tadi. Lantaran melihat dandanan kaum hawa yang membuat cenat-cenut dada mereka.
Salah satu sobat menegur perasaan-perasaan mereka. Menurutnya, bahaya jika perasaan-perasaan itu dibiarkan bermekaran terus-terusan, beliau takut saudara-saudaranya gagal fokus pada saat retreat sebenarnya, dan saat jalan yang membahayakan diri mereka sendiri.
Sekitar pukul 07.00 lebih, akhirnya guru-guru muncul di hadapan kami, 3 guru agama non muslim; Bu Yohana, Pak Suryono, Bu Asih. Dan Kepala sekolah; Bu Ratna.
Sebelum kami berangkat, bu Ratna memberi sambutan dan pengarahan lewat megafon. Namun sayangnya suara bu Ratna lewat megafon itu tidak begitu jelas. Setelah bu Ratna memberi wejangan yang tidak terdengar, pak Suryono bergantian mengarahkan data tempat duduk, dan ELF berdasarkan kelas-kelasnya.
Sejumlah … peserta retreat, sudah terbagi dalam masing-masing 7 ELF sewa, 1 ELF Sekolah, dan 1 mobil pribadi milik bu Yohana. Ngeng… Berangkat! Tidak disangka, perkiraan waktu di edaran benar. Yang ditempuh untuk sampai ke Pacet sekitar 2 jam lebih. Berangkat pukul 08.00, sampai pacet sekitar pukul 10.00.
Kaneki beriman
Sesampainya di sana, kami disambut hangat oleh tuan rumah ‘Rumah retret villa Kartini Pacet’. Kami dipandu untuk berkumpul di ruang aula untuk pembagian kamar, diberi wejangan, dan penjelasan daftar acara.
Aula yang cukup untuk menampung umat non-muslim spensased. Dalam lembar Jadwal Kegiatan Retreat dan Dharma Yatra di surat edaran, tertulis 10.00 -11.00: Pembagian kamar. 11.00 – 14.00: Istirahat, dan makan siang. Dalam kesempatan itu, banyak peserta berleha-leha dengan caranya sendiri-sendiri. Ada yang bermain tenis meja, rebahan di kamar, keluar area rumah retreat, bermain gitar, dll.
Hingga pada pukul 14.00, kami kembali dikumpulkan di aula. Untuk memulai pembukaan serta menyiapkan kedatangan guru-guru kita dari Sedati, diantaranya; bu Ratna, pak Wawan, pak Haris, pak Joko, dan bu Yuli.
Semangat, amanat, dan tuntunan sudah cukup diberikan oleh guru-guru kita. Seharusnya setelah pembukaan ini, berlanjut ke acara Snack time & mandi sore. Namun salah satu pembicara yang mengisi materi pertama (Kerukunan & Toleransi), pak Agus. Tidak memiliki waktu pada jam yang seharusnya. Dengan sigap, Pak Agus yang terlihat kelelahan langsung menempa kami dengan materi kerukunan & toleransi.
Materi yang sangat membenahi diri; membuka pikiran, dan hati. Membuat kami menjadi anak muda yang lebih rukun & toleransi. Terima kasih pak Agus. Setelahnya, kami makan & istirahat sampai pukul 18.00.
Sekitar pukul 6 menjelang 7, kami kembali dikumpulkan di aula untuk melanjutkan acara dengan penuh sukacita. Pada panggilan ke aula yang ke-3 ini, datang pembicara yang berbeda. Berambut putih seperti Kaneki, Pak John Spirit, pembimbing materi kami yang kedua dalam tema (Peningkatan Iman).
Diawali dengan bernyanyi bersama, yang dipimpin oleh kakak-kakak kelas katolik yang cantik. Mulai dari lagu ‘Hepi Ya-Ya-Ya’ hingga lagu ‘Hari ini kurasa bahagia’ dinyanyikan dengan bergandengan bersama, ditambah dengan iringan alat musik gitar, dan kahoon yang dimainkan oleh kakak kelas, tingkat 9. Dilanjut dengan doa dan nasehat yang diberikan oleh pak Sur. Dan akhirnya sekarang giliran Pak John.
Pak John membawa acara dengan keseruan sampai-sampai ngantuk, lapar, dan lelah dibinasakan olehnya. Pertama Pak John memimpin aksi bernyanyi bersaut-sautan. Dalam satu aula, kami dibagi menjadi dua kubu. Kubu pertama, yang menyanyikan lagu ‘Kodok-kodok ngorek’. Kubu kedua, yang menyanyikan lagu ‘Lihat kebunku’. Malam itu, kami menggemparkan aula. Setiap anak bernyanyi sekencang-kencangnya, berteriak agar tidak terkecoh dengan nyanyian kubu lawan, walau dengan nada fals.
Cukup sampai situ kegemparannya. Setelah itu dilanjut dengan permainan seru yang menambah mindset anak muda agar terus berkembang. Setiap anak dibagikan 3 kartu berwarna; merah, kuning, dan biru. Pak John menampilkan aturan bermain dalam layar proyektor. 1 lawan 1, masing-masing menggenggam kartu berwarna yang menurutnya beruntung. Jika beruntung, 1 pihak akan mendapatkan 1 kartu dari lawan.
Beberapa menit berlangsung, akhirnya permainan berhenti. Pak John mengelompokkan mereka berdasarkan jumlah kartu yang didapat. Mulai dari kelompok yang kartunya hanya 1, kelompok yang masih memiliki jumlah 3 kartu, hingga kelompok yang memiliki jumlah kartu diatas 4. Setelah itu, permainan berlanjut, berhenti, dan dikelompokan lagi. Akhirnya pak John menjelaskan pesan moral yang didapat dari permainan ini.
Mereka yang mendapatkan jumlah kartu berlipat ganda telah berusaha, telah membentuk strategi, telah belajar dari pengalaman, hingga mendapatkan hasil berkali lipat. Begitu pun mereka yang memiliki jumlah kartu tetap, berkurang, hingga habis, memiliki usaha yang berbeda dari mereka yang melipat gandakan kartu. Dari permainan ini, menarik kesimpulan. Kita sebagai anak muda harus selalu berkembang, selalu berusaha, selalu semangat, selalu belajar, dan memilih pergaulan yang tepat. Demi kebaikan diri kita masing-masing.
Seru sekali malam itu. Setelah bermain bersama pak John, selanjutnya perihal perut kami yang ingin juga diberi acara. Maka dari itu, kami turun dari aula untuk sesi snack time. Hidangan pada malam itu, donat gula, dan teh hangat. Bisa dibayangkan betapa nikmatnya malam itu. Mengobrol bersama teman, dalam lingkungan yang asri. Rumah Pacet Kartini berada di dataran tinggi membuat hawa dingin menyengat, diselingi dengan teh hangat, membuat tubuh ini menjadi lebih hayat. (pukul 20.00)
Wabah pilek mendadak
Sesi snack time telah selesai. Waktunya kembali ke aula, dan kembali bertemu dengan Pak John. Kali ini sesi Refleksi diri, sekaligus masih melanjutkan materi (Peningkatan Iman). Terlihat lilin-lilin yang kami bawa, sudah menyala di sisi-sisi aula. Lampu ruangan dimatikan, sehingga cahaya lilin menjadikan simbol yang akan dibawa menjadi materi pada malam itu.
Selama sesi itu, yang didengar hanya tuturan suara Pak John, dan desiran suara jangkrik yang menentramkan diri. Pak John memberi instruksi untuk memejamkan mata, sehingga pusat pikiran tertuju kepada refleksi yang diberikan. Hingga pada ungkapan dari sebuah kisah nyata, kala itu membuat seisi ruangan dipenuhi suara orang sakit pilek sedang menyedot umbel. Karena sangking sedihnya kisah itu.
Lewat kisah itu, Pak John memberikan pandangan yang lebih jelas dalam kehidupan seumuran kami. Sehingga makna dari kisah itu, dapat tersampaikan, dan diharapkan dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Lampu dinyalakan, menandakan Refleksi sudah selesai. Terlihat jelas mata yang merah, kepala yang tetap menunduk, jeritan tangis, proses bunyi umbel kembali masuk ke hidung. Membuktikan banyak dari kami tersentuh pada refleksi di malam itu.
Namun, tetap saja diantara kami ada yang terlelap sangking ngantuk dan lelah nya hari Senin itu.
Refleksi berakhir, waktu itu pukul 10 malam. Kegiatan Retreat pada hari itu telah selesai. Akan dilanjut kembali besok paginya pukul 04.30.
Selesai refleksi, tidak semua langsung beranjak ke kamarnya masing-masing. Banyak dari kami menongkrong di sisi-sisi rumah retreat. Memakai waktu istirahat mulai membahas perkara retreat, mabar ML, ngeteh, dll. Diperingatkan pukul 11 malam, semua peserta retreat sudah harus masuk ke kamar.
Senin yang melelahkan. Bagi mereka yang banyak menghabiskan tenaga dihari itu tidaklah sulit untuk tidur. Dan juga banyak dari kami yang tidak minat tidur. Dikamar, kami berjaga sambil mengobrol, bermain hp, merenung, dll.
Mana semangatmu? Ga ada.
Wiu Wiuu wiuuuu… terdengar keras sirine pak Sur memanggil, membangunkan kami yang sedang tidur. Kami pun bangun, dan bersalin baju dengan seragam olahraga sesuai dalam dresscode pada pagi itu. Langit masih cukup gelap, kami menuju ke ruang pengumpulan, aula. Waktu itu, adalah kegiatan doa Pagi. Karena 3 agama yang sedikit mustahil untuk doa bersama. Jadi yang beragama Hindu berdoa di ruangan khusus, dan yang beragama Kristiani tetap di dalam aula.
Setelah doa pagi, kami semua berkumpul. Lalu jalan pagi memutar melihat lingkungan di sekitar rumah retreat.
Jalan pagi yang menantang, medan jalan disana bergelombang naik turun. Namun keindahan alam menghipnotis kami, sehingga tak sadar jika dibawah terdapat jurang yang dalam.
Dalam perjalanan, kami menemukan spot bagus. Tentunya sayang kalau dilewatkan begitu saja. Jadi dalam kesempatan itu, kami foto bersama dengan background keindahan gunung, sawah yang hijau.
Selepas itu, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah retreat kembali. Setelah sampai disana, kami berbaris untuk mempersiapkan games yang diolah oleh kakak kelas, tingkat 9. Seru sekali pembawa acara kala itu, Kak Bulan dan teman-temannya membawa senyuman menular. Yel-yel yang membekas ciptaan Kak Bulan.
Kak Bulan: “Mana semangatmu…?” Kami: “Ini semangatku” dijawab tanpa semangat, tak kompak, dan lemas. Kak Bulan: “Ya sudah, kalau gitu semangatnya ga ada kan ya? Kakak ganti, kalian jawab Ga a-da… ya. Mana semangatmu…?” Kami: “GA A-DA”. Yel-yel yang baru, dan tak biasa itu membuat kami tertawa sekaligus semangat, tidak bosan, juga mudah diingat.
Kelas 8, dan 7 dibentukan kelompok secara acak oleh Kakak kelas, tingkat 9. Terdiri dari sekitar 7 kelompok didalamnya terdapat 5 sampai 6 anggota.
Tiap kelompok wajib membuat yel-yel. Yel-yel ini nanti akan dinilai. Ada 5 jenis games yang tersedia, 1 kelompok hanya boleh 1 kali memainkan, masing-masing kelompok berlomba mendapatkan nilai terbanyak yang nantinya akan menjadi juara 1, 2, dan 3. Games yang seru!
Setelah kotor-kotoran, basah-basahan, dan seru-seruan nya. Saatnya mempersiapkan diri, makan pagi. Lalu melanjutkan materi ketiga (Bahayanya Narkoba).
Pulang dengan pengalaman
Persiapan diri, dan makan pagi selesai. Datanglah pembawa materi terakhir (Bahayanya Narkoba). Pak Hari Utomo, beliau juga merupakan guru di SMPN 1 Sedati. Mengajar khusus ekstra Karawitan.
Setelah semua berkumpul di Aula, Pak Tomo mulai membawakan materi itu. Lewat pengalamannya, dan video korban terdampak efek samping Narkoba. Pak Tomo menceritakan secara detail, mulai dari larangan, antisipasi, kenapa narkoba berbahaya, hingga cara menyembuhkannya. Tapi waktu itu terdapat beberapa hutang video, karena saat itu tidak bisa diputar. Namun, semua yang diberikan sudah cukup membuat takut kami terhadap Narkoba. Terima kasih pak Tomo.
Dilanjut dengan berbagi ke warga di sekitar rumah retreat. Setiap peserta retreat, membawa sumbangannya masing-masing sesuai tugas barang yang harus dibawa. Pada waktu malam setelah Refleksi diri, Kakak-kakak kelas 9 menyiapkan sembako yang akan diberikan pada hari Selasa, 12 April 2022.
Kegiatan berbagi pun selesai, dilanjut makan siang. Lalu refleksi diri, sembari mengerjakan lembar tugas dalam edaran pemberitahuan.
Akhirnya, Kegiatan Retreat ini tuntas, Kami pulang membawa banyak pengalaman, ilmu, dan teman. Pukul 12 siang, kami berangkat pulang menuju Sidoarjo.
Sekian kisah retreat 2 hari, ini. Terima kasih sudah sanggup membaca sampai selesai, dan terima kasih telah memberikan kesempatan kami menceritakan kisah ini. Kami amat sangat menghargainya. – Samuel, Putra.